i/
Pakaian
dalam wanita adalah klimaks dari sebuah naskah pertunjukan. Semua lelaki
membayangkan hal yang sama; tertawa sambil menghadap langit, tengkurap di atas
tubuh bumi dan menciumi ketiadaan yang bercabang-cabang. Matamu tak mampu
menghadap arah yang sama dengan laki-laki. Aku menantikan kehilangan dari mencumbumu
setiap malam, sebelum tidur.
ii/
Yang hidup
adalah perutmu. Menampung manusia entah laki-laki atau perempuan dan memanggil
mereka dengan nama abadi. Sifat laki-laki harusnya dikurung seperti binatang
buas. Mereka melihat dari sisi yang tidak dapat terlihat olehmu. Di perut, di
paha, dan di kala tidak mengenakan apa-apa. Sebelum masuk ke dalam tubuhmu,
hidungku seperti cangkang telur yang dikupas lalu dipecahkan dengan palu dan
malu. Semua tentangmu adalah surga; marah tanpa bicara.
iii/
Memasuki
bagian tengah adalah scene terbaik dari hidupku. Perlahan, dengan lembut
membuka tirai yang masih tertutup rapat. Di sana aku temukan genangan dan
kenangan semasa kecil. Memperbaiki rindu, mencampakkan cemas dalam hembusan
nafas masing-masing, dan meredam nafsu dengan berkata, “Semua akan baik-baik
saja.” Seperti adegan film Bound, dengan pistol penuh peluru menembaki
tiap detik dan detak. Ah, aku belum sanggup menguraikan semua cerita.
iv/
Kembali ke
masa lalu menjadi bagian terpenting dari mengenang. Sebagian keriput, sebagian
lagi segar seperti daging sapi yang merah merekah. Aku mencintai hal tersulit
dalam hidup. Orang-orang berkata perihal apa yang dibayangkan kaum Adam, bahwa
segala macam tipuan selalu berakhir dengan pujian, dan luka bisa saja dengan
mudah dilupa. Mereka tahu, diri mereka adalah buku yang dibaca berulang-ulang,
dibolak-balik, ditolak-lagi, dijatuhkan kemudian ditumbuhkan seperti
ingatan-ingatan tentang tubuhmu yang kami bacakan. Esoknya, kamu tiba dengan
pakaian lebar, kelopak matamu hitam, dan mencari tahu bahagia apa yang
didapatkan setelah jatuh cinta.
v/
Aku jatuh
cinta dengan sketsa wajah dan tubuhmu. Denganmu, aku mabuk tanpa anggur, aku
tenggelam tanpa air laut dan aku menyeberang tanpa jembatan. Bersama tubuhmu
aku menyatu, pinggulmu dunia, di bawahnya aku melihat langit. Aroma tubuhmu
sepasang pohon rimbun yang tak mampu kutebang dan kulupa. Bulan madu kita
adalah bulan ke-13 dari kalender tahunan di kantor tempatmu bekerja. Aku
beruntung bisa tidur telanjang. Sambil membayangkan dasar lautan yang gelap,
aku menikmati petualangan ini hingga garis akhir masa tua kita. Terima kasih
telah mengajarkan dadaku untuk tabah di setiap keterbatasannya. Aku
mencintai tubuhmu.
(Ditulis
setelah ‘berciuman denganmu’ atau ‘dengan orang lain’ –saya lupa)
0 komentar:
Posting Komentar